Suara Keras Dalam Acara Adat Batak

Dalam acara-acara adat batak kita akan mendengar suara yang keras dari raja parhata dalam memimpin jalannya kegiatan acara atau upacara adat. Tidak diketahui apakah dalam memimpin jalannya acara adat dilakukan dengan suara yang keras sejak mengenal alat pengeras suara, ataukah sebelum mengenal alat pengeras suara acara sudah dipimpin dengan suara yang keras pula.

Bagi orang batak, mendengar jalannya acara dipimpin dengan suara keras sudah biasa dan acara dapat diikuti dengan semestinya. Namun bagi pendatang dari suku asing apalagi dari negara asing yang tidak biasa mendengar suara keras akan menjadi momen yang menyakitkan.

Ada cerita yang beredar di media sosial dimana pada acara pernikahan seorang wanita batak dengan seorang pria Amerika di jakarta. Saking tidak kuatnya mendengar suara raja parhata ditingkahi dengan suara musik yang keras, orang tua pengantin pria yang berkebangsaan jerman meminta agar suara raja parhata dan suara musik di kecilkan. Namun sang raja parhata dan pemain musik tetap bersikukuh dengan volume yang keras karena menganggap sudah menjadi patron adat batak. Akhirnya orang tua pengantin pria keluar dari gedung dengan hati dongkol.

98698_300x250_20200831074223022

Mengapa orang batak sendiri tidak protes dengan suara raja parhata dan musik yang keras tersebut ? Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki rata-rata batas penginderaan yang sama.

Kemungkinan pertama adalah letak geografis di pegunungan maupun pantai yang banyak dipengaruhi oleh suara-suara alam seperti deru angin, desau dedaunan hutan, gemericik air dan deburan ombak. Sehingga ketika memimpin acara adat agar semua peserta mendengar, raja parhata bersuara dengan keras.

Kedua, bagi orang batak kesempatan berbicara ditengah kegiatan adat sangat tinggi nilainya. Demikian juga dengan menyebut dan memanggil kerabat didepan orang banyak untuk diberi jambar (tanda penghargaan), harus dipanggil dengan suara keras, agar yang dipanggil mendengar dan tidak terlewatkan.

Bagi orang batak, walaupun diberi jambar yang kecil(sepotong daging), itu adalah tanda bahwa kita di hormati dengan tidak memandang kaya atau miskin.

Salah satu bentuk jambar yang diterima adalah jambar hata, dimana salah satu pihak di berikan kesempatan untuk berbicara sesuai porsinya dalam sistem kekerabatan Dalihan na tolu. Sudah menjadi patron pula, berbicara yang tegas lugas dengan umpasa yang ditingkahi dengan suara musik gondang batak menjadi suatu kebanggaan dan menggambarkan kemumpuniannya dalam berbicara didepan umum.

Ada peribahasa batak yang mengatakan “Arga jambar juhut, ummarga do jambar hata” artinya lebih besar nilainya bagi seseorang diberikan penghargaan untuk berbicara didepan umum. Dengan berbicara di depan umum, seseorang dapat menunjukkan keahliannya dalam mengutarakan pendapat melalui umpasa dan tutur kata yang indah, sehingga jati dirinya yang mumpuni terpancar bagi semua orang. Tentu saja kata-kata yang diucapkannya dengan volume suara yang keras pula agar semua orang mendengar dan menangkap gema api umpasa yang dilontarkan baik berupa nasihat maupun doa-doa.

Panggilan Raja Dalam Acara Adat Batak

Dalam kehidupan adat budaya batak, setiap orang diatur dalam Dalihan Natolu yaitu tiga kelompok kekerabatan namun berbeda peran dalam pelaksanaan adat. Dalihan Natolu yaitu Dongan Sabutuha (kelompok  semarga keluarga kakak beradik, peran duduk berdampingan memberi saran dan pendapat), Boru (Kelompok penerima wanita dari marga lain,  peran sebagai pekerja dan posisi di belakang) dan Hula-hula ( Kelompok sipemberi anak perempuan, peran pemberi berkat dan berada ditempat terhormat).

 Tidak ada kasta dalam budaya batak, semua orang memiliki hak yang sama di dalam peran Dalihan na tolu. Seseorang dapat  dapat berperan sebagai Hula-hula, apabila Borunya menyelenggarakan adat. Tetapi disaat lain apabila Hula-hulanya menyelenggarakan acara adat maka ia akan berfungsi sebagai Boru.

Setinggi apapun pangkat sesorang dalam organisasi masyarakat atau pemerintahan, akan tetap menegakkan identitasnya dalam Dalihan Natolu. Karena peran dalam Dalihan Natolu akan terus berputar seperti roda pedati kadang di tempat terhormat (hula-hula) kadang di tempat terendah (boru). Sehingga apabila kita ingin dihormati dan dilayani dalam adat maka lakukan peran kita bekerja dan melayani  sesuai adat.

3249_banner-frozenshop-300x250_20170802071336839

Dalihan na tolu memberikan peran yang berbeda dalam tugas pekerjaan dan pelayanan, ada yang duduk di tempat terhormat dan dilayani namun  ada berada di belakang, bekerja dan menyiapkan segala kebutuhan acara adat. Namun untuk mengangkat derajat satu dengan yang lain maka diberilah  sebutan  “Raja” untuk setiap kelompok dalam dalihan na tolu. Disebutlah dengan sebutan Raja  ni boru, Raja ni Dongan Sabutuha dan Raja ni Hula-hula.

Ada lagi sebutan raja yang lain seperti  “Raja ni Dongan Sahuta” yaitu teman sekampung atau sewilayah, “Raja na Ginokkan “ yaitu orang yang pantas di undang karena reputasi yang layak diminta pendapat atas permasalahan adat yang dilaksanakan.

Trend Tugu di Tanah Batak

Bila kita berkunjung ke tanah batak maka akan kita temukan banyak tugu yang berlomba-lomba menunjukkan kemegahan dan keagungannya. Seolah-olah dengan tugu tersebut maka leluhur yang ada di alam baka tersenyum dan berterimakasih kepada keturunannya yang sudah bersusah-susah membangun tugu tersebut, benarkah..

Lingga dan Yoni pada dasarnya adalah alat reproduksi laki-laki dan perempuan, yang menggambarkan persetubuhan suci. Lingga di gambarkan sebagai bapak Langit

lingga-yoni_resize

sedangkan Yoni adalah Ibu Bumi Pertiwi. Itulah sebabnya lingga digambarkan setinggi mungkin mengikuti keagungan langit dan Yoni dengan semua kemegahannya disekelilingnya.  Sehingga Lingga Yoni juga berarti menggambarkan kemakmuran, kekuatan bahkan kekuasaan. Pada jaman dahulu kekuatan dan kemegahan seorang raja ditunjukkan oleh Tugu yang dimiliki tinggi dan megah, walaupun hingga saat ini negara-negara di dunia menunjukkan kemegahannya dengan membangun Tower yang megah dan menjulang tinggi seperti menara Pisa di Paris, Burj Khalifa di Dubai, Sanghai Tower di China, Petronas Tower di Malaysia dan Monumen Nasional di Jakarta.

Tradisi keagamaan langit juga banyak mengadopsi simbol Lingga Yoni, seperti menara-menara di Gereja maupun mesjid melambangkan Lingga sedangkan ummatnya melambangkan Yoni. Selalu ada dua polaritas positip dan negatif bergerak dalam aktifitas kehidupannya untuk menghasilkan energi rohani. Itu berarti juga ada energi kehidupan dari ummatnya untuk menopang pelayanan agama yang bersangkutan.

Baca Juga : Pusuk Buhit Bukit Berhala Batak

Sedangkan Tower yang dibangun para raja adalah sinergi antara raja dengan rakyatnya. Sama halnya dengan rakyat Indonesia mendukung penuh kekuatan pemerintahan yang digambarkan dengan Monumen Nasional. Rakyat bekerja, mengumpulkan pajak, menghasilkan devisa yang semua itu diolah dan diberdayakan untuk berdiri tegak untuk keagungan dan kemegahan negara Indonesia.

So bagaimana dengan Tower atau tugu yang ada di tanah batak ? Bila leluhur yang menjadi Lingga dan Keturunannya yang menjadi Yoni apa yang terjadi. Mungkinkah pada muasalnya membuat tambak na Phir yaitu sebagai penghormatan kepada leluhur dengan cara meletakkan tulang belulang leluhur pada suatu tempat yang baik sehingga bisa menjadi pertanda bagi keturunannya. Namun karena semua masyarakat batak adalah raja, maka tambak na pir yang semula berpredikat sebagai pertanda bagi keturunannya di ubah sesuai keinginan manusianya yaitu tambak na pir (artinya bangunan yang kuat dan tidak hilang oleh cuaca dan waktu) menjadi tugu ( bangunan yang menjulang tinggi yang populer sejak jaman dahulu diketahui masyarakat adalah Tugu sebagai bangunan yang dianggap agung)  sehingga keturunannya ingin agar leluhurnya diagungkan,  dipuji-puji oleh keturunan yang lain, agar semua orang tahu keturunannya sudah hasea, kaya dan sangap. Inilah suatu pergeseran dalam penghormatan leluhur yang disesuaikan dengan egoisme manusianya.

Secara Logika saja seandainya kita yang ada di bawah tugu sana berpikir sambil memandang keturunan dan sanak saudara disekitarnya yang masih hidup dibawah kemisikinan, tetapi membangun suatu tugu yang mewah besar dan agung ditengah tengah masyarakatnya yang masih bergulat seharian dengan semak dan lumpur. Apakah kita layak disebut leluhur yang memberkati keturunannya.

Okelah kalau keturunannya sudah mapan, jangan dibebani keturunannya yang masih bersusah-susah mencari kehidupan keluarganya dengan turut membangun Tugu agung tersebut. Biarlah yang sudah mamora membuat nilai lebih dengan bangunan yang diinginkannya.

Setelah tugu selesai di bangun apakah nilai lebih tugu tersebut ? kebesarankah, kehebatankah atau kemewahan yang semuanya pasti bermuara kepada kesombongan. Ya semua mata akan melirik tugu tersebut dengan iri dan berdecak kagum, kemudian datang pula keturunannya yang dari jauh minta dibantu, Ompung tolong aku ompung biar usahaku lancar. Bila ada 100 orang keturunannya datang dan minta tolong, bisa dipastikan tepar juga ompung itu tarik kesana, tarik kesini.

Namun hal yang paling mengerikan adalah siapa yang berdiri dibalik tugu yang megah tersebut, dialah sang pengendali kekuatan rohani dibalik tugu. Roh Ompung sudah kembali ke surga dan tubuhnya kembali ke bumi, lhaa siapa yang memimpin.

kuburan di amerika 2

Salut dengan negara lain yang memiliki kuburan untuk leluhurnya cukup rapi dengan tanda yang secukupnya.  bandingkan dengan pekuburan umum di sumatera utara yang sangat besar bahkan ditambahkan dengan atap genteng agar sang arwah bisa bersitirahat dengan damai dan sejuk.

Semoga kedepannya ada aturan pembuatan tugu yang dikeluarkan oleh pemda setempat, agar dalam pembangunan tugu diseragamkan besar dan tinggi maksimal dengan demikian tidak menjadi perbedaan yang besar antara tingkat kehidupan msyarakat dengan tugu makam, demikian juga pembangunan makam yang terlalu besar telah memboroskan penggunaan lahan yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pemukiman maupun bercocok tanam.


$(document).ready(function() {$('img#closed').click(function(){$('#btm_banner').hide(90);});});

close

Lipat Tangan Tutup Mata Tundukkan Kepala

Rahasia Doa 

Doa adalah sumber pengharapan, kekuatan dan kehidupan bagi orang yang percaya baik dalam keadaan susah maupun senang. Tentunya bagi orang yang percaya  adanya kekuatan universal yang selalu setia memberikan apa yang di diminta kapan saja dan di mana saja.

Kelihatannya lipat tangan, tutup mata dan tundukkan kepala seperti doa seorang seorang anak sekolah minggu, namun makna terkandung dalam sikap tersebut sungguh luas, lengkap dan luarbiasa. Setiap sikap adalah mencerminkan lambang dan makna yang tersirat dan tersurat akan tujuan dan keinginan yang ingin di sampaikan.

Tutup Mata

Dengan tutup mata kita tidak akan memilih apa yang di berikan Allah kepada kita melainkan dengan penuh keyakinan kita percaya bahwa yang di berikan adalah yang terbaik. Tutup mata juga mengisyaratkan akan penciptaan pikiran,karena dari pikiranlah akan tercetus kata-kata permohonan, demikian juga kata-kata pujian dan persembahan sehingga doa dipanjatkan dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa dan sepenuh kekuatan.

Untuk masuk kepada alam pikiran kita harus menutup mata, ketika mata terbuka pikiran akan terpecah-pecah dan berlarian kesana kemari. Karena Tuhan adalah Roh maka Tuhan ada dimana-mana, kita tidak perlu konsentrasi kepada satu titik, kepada salib bahkan kepada gambar Tuhan Yesus. Karena Yesus adalah manusia bukan Allah, tetapi tanpa melihat Yesus kita tidak tahu siapa, bagaimana Allah itu. Itulah sebabnya Yesus disebut dengan Juruslamat, karena sebagai contoh manusia biasa yang menunjukkan jalan kepada keselamatan.

Karena itu ketika menutup mata, gambaran Allah yang ada di hadapan kita adalah Allah yang sayang kepada ummatnya seperti Yesus mempersembahkan tubuh, jiwa dan nyawanya kepada Allah untuk menyelamatkan manusia atau ummat yang mempercayainya (sebagai tumbal).

Lipat Tangan

Doa adalah cermin dari kehidupan iman seseorang. Alkitab mengatakan Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kelihatan dan dasar dari segala sesuatu yang di kerjakan, Karena itu dengan melipat tangan kita siap akan paket apa saja yang akan disampaikan oleh malaikat Allah kepada kita dengan keyakinan paket itu adalah yang terbaik.

Melipat tangan berarti juga sikap dari tubuh kita yang tercermin dalam 12 jari yang menyembah dan merendahkan diri di hadapan yang Maha Tinggi.

Tundukkan Kepala

Berarti ya akan semua yang di berikan kepada kita. Tunduk kepala juga mengisyaratkan kepatuhan, bahkan penyembahan terhadap yang maha kuasa. Dalam kitab Wahyu kepada Yohannes disebutkan ada 24 orang tua-tua yang menyembah “yang Awal dan Yang Akhir” dengan melemparkan mahkotanya dihadapan tahkta setiap kali mempersembahkan puji-pujian. Karena itu tidak ada orang menyembah dengan wajah menengadah keatas.

Semakin menunduk secara manusia biasa adalah derajat penyembahan seseorang terhadap yang disembah. Totalitas penyembahan itu sebenarnya adalah sampai mencium tanah. Mencium tanah atau lantai hakekatnya adalah menyatu dengan tanah, menyatu dengan tanah berarti hilanglah semua hawanafsu (angin), kekuatan(air) dan kesombongan (api).

Maka didalam kepasrahan itulah kita menyampaikan Puji-pujian dan penyembahan hingga permohonan.

Menaikkan Pujian

hanya Tuhan yang tahu apakah ucapan pujian kita murni atau hanya hiasan puisi indah agar disanjung oleh orang yang mendengar doa yang kita naikkan. Ucapan pujian, penyembahan dari hati yang terdalamlah yang akan menjadi kurban persembahan yang harum bagi Allah di dalam hadiratnya.

Karena itu semakin banyak memuji dan menyembah semakin banyak persembahan kita kepada Tuhan.Namun disisi yang lain, Tuhan tidak mau manusia hanya berdiam seharian dibaitNya berdoa dan menyembah. Tetapi berilah Tuhan persembahan yang hidup karena itulah persembahan yang sejati. Persembahan yang hidup bukan berarti memberi persembahan dari hewan atau tumbuhan yang hidup. Tetapi jadilah seperti Yesus yang melayani, itulah persembahan yang sejati.

Apakah artinya diam seharian di bait Allah namun ketika keluar dari baitNya sudah membuat sakit hati orang lain.

$(document).ready(function() {$('img#closed').click(function(){$('#btm_banner').hide(90);});});

close


By Bona Gultom Dikirimkan di Rohani